Minggu, 17 Juli 2011

cacing tambang

MAKALAH PARASITOLOGI
CACING TAMBANG
(Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)

by. Norva Fathimah

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Parasitologi merupakan ilmu yang berisi kajian tentang organisme (jasad hidup) yang hidup dipermukaan atau didalam tubuh organisme lain untuk sementara waktu atau selama hidupnya, dengan cara mengambil sebagian atau seluruh fasilitas hidupnya dari organisme lain tersebut. (Parasitologi kedokteran, 2010)
Parasitisme merupakan hubungan antara dua organisme, yang satu diantaranya mendapat keuntungan dan yang lain dirugikan.
Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit yang berupa cacing. Stadium dewasa cacing-cacing yang termasuk Nemethelminthes (kelas nematoda) berbentuk bulat memanjang dan pada potongan transversal tampak rongga badan dan alat-alat. Cacing ini memiliki alat kelamin terpisah. (Parasitologi kedokteran, 1998)
Dalam parasitologi kedokteran diadakan pembagian nematoda menjadi nematoda usus yang hidup di rongga usus dan nematoda jaringan yang hidup di jaringan beberapa alat tubuh. (Parasitologi kedokteran, 1998)
Nematoda intestinal yaitu nematode yang berhabitat disaluran pencernaan manusia. Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar daripada nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Infeksi cacing ini dapat ditularkan melaui vektor atau kontak langsung.
Diantara nematoda intestinal terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah dan disebut “soil transmitted helmints”, yaitu nematoda yang siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif, memerlukan tanah dalam kondisi tertentu. Salah satu nematoda golongan Soil Transmitted Helmints adalah jenis cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale).
Insidens tinggi infeksi cacing tambang ditemukan pada penduduk Indonesia, terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan. Seringkali golongan pekerja perkebunan yang langsung berhubungan dengan tanah, mendapat infeksi lebih dari 70%.
Kebiasaan defekasi ditanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun (diberbagai daerah tertentu) penting dalam penyebaran infeksi.
Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum untuk Necator americanus 28o – 32oC, sedangkan Ancylostoma duodenale lebih rendah 23o – 25oC. pada umumnya A.duodenale lebih kuat.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang kami ambil dalam pembuatan makalah ini adalah bagaimana cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) menginfeksi manusia sebagai satu-satunya hospes, gejala dan penyakit yang ditimbulkan, tentang penyebaran dan habitatnya, serta pengobatan dan pencegahan yang dapat dilakukan.

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini antara lain :
1. Agar mahasiswa lebih memahami tentang cacing parasit (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) yang menginfeksi manusia.
2. Agar mahasiswa mengerti cara cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) menginfeksi manusia, dengan mengetahui distribusi geografiknya, epidemiologi, daur hidup, dan gejala yang ditimbulkan.
3. Agar mahasiswa mengetahui apa saja pengobatan yang dapat di upayakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan Necator americanus dan Ancylostoma duodenale, serta upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan.


BAB II
PEMBAHASAN
CACING TAMBANG
Necator Americanus dan Ancylostoma duodenale

A. TAXONOMI
Phylum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Secernantea
Ordo : Strongylida
Super family : Ancylostomatoidea
Famili : Ancylostomatidae
Genus : Ancylostoma dan Necator
Spesies : Ancylostoma duodenale (Dubini, 1843)
Necator americanus (Shiles, 1902)
(Jeffry HC dan Leach RM, 1983)

B. SEJARAH
Cacing tambang diberi nama “cacing tambang” karena pada zaman dahulu cacing ini ditemukan di Eropa pada pekerja pertambangan, yang belum mempunyai fasilitas sanitasi yang memadai. (Parasitologi kedokteran, 1998). Necator americanus banyak ditemukan di Amerika, Sub-Sahara Afrika, Asia Tenggara, Tiongkok, and Indonesia, sementara A. duodenale lebih banyak di Timur Tengah, Afrika Utara, India, dan Eropa bagian selatan. Sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi oleh cacing tambang. Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang buruk. bentuk infektif dari cacing tersebut adalah bentuk filariform. Setelah cacing tersebut menetas dari telurnya, munculah larva rhabditiform yang kemudian akan berkembang menjadi larva filariform.

C. PENYEBARAN
Cacing ini terdapat hampir di seluruh daerah khatulistiwa, terutama didaerah pertambangan. Frekuensi cacing ini di Indonesia masih tinggi kira-kira 60-70%, terutama di daerah pertambangan, pertanian, dan pinggir pantai.(parasitologi kedokteran, 2010).
Penyebaran parasit pada waktu ini disebabkan oleh migrasi penduduk dan meluas ke daerah tropik dan sub tropik. Diperkirakan bahwa cacing tambang diseluruh dunia menghinggapi 700 juta orang, menyebabkan kehilangan darah sejumlah 7 juta liter sehari, yaitu jumlah darah lebih dari sejuta manusia, sebanyak darah orang – orang yang berdiam di Washington, Taipeh atau Bangkok.

D. HOSPES DAN NAMA PENYAKIT YANG DISEBABKAN
Hospes dari N.americanus dan A.duodenale adalah manusia yang berhabitat di usus halus manusia.
Penyakit yang disebabkan oleh N.americanus adalah Necatoriasis, dan A.duodenale menyebabkan Ankilostomiasis.

E. MORFOLOGI
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus manusia, dengan mulut yang melekat pada mukosa dinding usus. Ancylostoma duodenale ukurannya ebih besar dari Necator americanus. Yang betina ukurannya 10-13 mm x 0,6 mm, yang jantan 8-11 x 0,5 mm, bentuknya menyerupai huruf C, Necator americanus berbentuk huruf S, yang betina 9 – 11 x 0,4 mm dan yang jantan 7 – 9 x 0,3 mm. Rongga mulut A.duodenale mempunyai dua pasang gigi, N.americanus mempunyai sepasang benda kitin. Alat kelamin jantan adalah tunggal yang disebut bursa copalatrix. A.duodenale betina dalam satu hari dapat bertelur 10.000 butir, sedang N.americanus 9.000 butir. Telur dari kedua spesies ini tidak dapat dibedakan, ukurannya 40 – 60 mikron, bentuk lonjong dengan dinding tipis dan jernih. Ovum dari telur yang baru dikeluarkan tidak bersegmen. Di tanah dengan suhu optimum23oC - 33oC, ovum akan berkembang menjadi 2, 4, dan 8 lobus.(parasitologi kedokteran, 2010).

F. DAUR HIDUP
Telur-larva rabditiform-larva filariform-menembus kulit-kapiler darah-jantung kanan-paru-bronkus-trakea-laring-usus halus
Telur keluar bersama tinja, dalam waktu 1 – 2 hari telur akan berubah menjadi larva rabditiform (menetas ditanah yang basah dengan temperatur yang optimal untuk tumbuhnya telur adalah 23 – 300 C). Larva rabditiform makan zat organisme dalam tanah dalam waktu 5 – 8 hari membesar sampai dua kali lipat menjadi larva filariform, dapat tahan diluar sampai dua minggu, bila dalam waktu tersebut tidak segera menemukan host, maka larva akan mati. larva filariform masuk kedalam tubuh host melalui pembuluh darah balik atau pembuluh darah limfa, maka larva akan sampai ke jantung kanan. Dari jantung kanan menuju ke paru – paru, kemudian alveoli ke broncus, ke trakea dan apabila manusia tersedak maka larva akan masuk ke oesophagus lalu ke usus halus (siklus ini berlangsung kurang lebih dalam waktu dua minggu).

G. PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK
Gejala necatoriasis dan ankislotomiasis
1. Stadium larva
Bila banyak filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch, dan kelainan pada paru biasanya ringan.
2. Stadium dewasa
Gejala tergantung pada:
a. Spesies dan jumlah cacing
b. Keadaan gizi penderita
Gejala klinik yang timbul bervariasi bergantung pada beratnya infeksi, gejala yang sering muncul adalah lemah, lesu, pucat, sesak bila bekerja berat, tidak enak perut, perut buncit, anemia, dan malnutrisi.
Tiap cacing Necator americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc sehari, sedangkan A. duodenale 0,08 – 0,34 cc. biasanya terjadi anemia hipokrom mikrositer. Disamping itu juga terdapat eosinofilia.
Anemia karena Ancylostoma duodenale dan Necator americanus biasanya berat. Hemoglobin biasanya dibawah 10 (sepuluh) gram per 100 (seratus) cc darah jumlah erythrocyte dibawah 1.000.000 (satu juta)/mm3. Jenis anemianya adalah anemia hypochromic microcyic.
Bukti adanya toksin yang menyebabkan anemia belum ada biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja menurun.
Menurut Noerhajati, sejumlah penderita penyakit cacing tambang yang dirawat di Yogyakarta mempunyai kadar hemoglobin yang semakin rendah bilamana penyakit semakin berat. Golongan ringan, sedang, berat dan sangat berat mempunyai kadar Hb rata-rata berturut-turut 11,3 g%, 8,8 g%, 4,8% g% dan 2,6 g%.

H. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja segar manusia dan larva pada tinja yang sudah lama. Telur kedua spesies ini tidak dapat dibedakan, untuk membedakan spesies, telur dibiakkan menjadi larva dengan salah satu cara, yaitu Harada Mori.

I. PENGOBATAN
1. Prioritas utama adalah memperbaiki anemia dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi.
2. Pada kasus yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah.
3. Jika kondisi penderita stabil, diberikan obat pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari berturut-turut untuk membunuh cacing tambang. Obat ini tidak boleh diberikan kepada wanita hamil karena bisa membahayakan janin yang dikandungnya.

J. PENCEGAHAN
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara Sanitasi lingkungan, diantaranya:
1. Hindari berjalan keluar rumah tanpa memakai alas kaki
Kebiasaan tidak memakai alas kaki merupakan factor resiko yang kuat untuk terjadinya infeksi cacing tambang.
2. Cuci tangan sebelum makan
cuci tangan, pekerjaan ini adalah Awal yang terpokok jika anda ingin tetap sehat. Dimanapun dan kapanpun selalau ada bakteri atau mikroorganisme yang siap masuk melawan tubuh kita 70 % perantara yang tepat adalah dari tangan, untuk itu cuci tangan adalah salah satu tindakan preventif yang sangat tepat.
4. Hindari pemakaian feces manusia sebagai pupuk pada sayuran
Jika sayuran yang dimakan tidak bersih maka larva cacing akan ikut termakan karena sayuran dipupuk menggunakan feces manusia yang telah terinfeksi.
5. Jika anda Ibu, awasi dan jaga anak anda main di Tanah
Dari sifat hidupnya, cacing tambang hidup pada tanah, sangat cepat menular melalui kulit, melewati epidermis kulit teratas hingga terakhir, anak – anak tentulah sangat mudah untuk dijadikan media untuk hidup si cacing tambang. Untuk itu perlu awasi anak anda saat bermain di tanah atau di halaman rumah yang memungkinkan adanya cacing tambang. Jika terlanjur memanjakan anak anda, lakukan kegiatan prefentif yaitu bersihkan seluruh badan anak dari tanah sehabis main.
6. Bersih Pakaian dan tempat
Mikroba penyebab infeksi ada dimana – mana, bahkan tempat maupun pakaian kita yang terlihat bersihpun bisa saja terdapat kuman – kuman yang membahayakan kesehatan. Dengan demikian Kebersihan atau sanitasi dan higienis tempat anda sangat diperlukan untuk mempertahankan kesehatan anda dan keluarga.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cacing tambang yang menginfeksi manusia adalah Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Cacing ini berhabitat di usus halus manusia. Necator Americanus menyebabkan Necatoriasis dan A.duodenale menyebabkan Ankilostomiasis.
Dalam sehari N. americanus dapat bertelur 9.000 butir dan A.duodenale 10.000 butir. Telur yang keluar bersama tinja manusia ditanah akan menetas setelah 1-1,5 hari, keluarlah larva rabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva rabditiform akan tumbuh menjadi larva fiariform, dan dapat hidup selama 7-8 minggu didalam tanah. Larva filariform inilah bentuk infektif cacing tambang ini yang dapat menembus kulit manusia. larva filariform masuk kedalam tubuh manusia melalui pembuluh darah balik atau pembuluh darah limfa, maka larva akan sampai ke jantung kanan. Dari jantung kanan menuju ke paru – paru, kemudian alveoli ke broncus, ke trakea dan apabila manusia tersedak maka larva akan masuk ke oesophagus lalu ke usus halus dan menjadi dewasa (siklus ini berlangsung kurang lebih dalam waktu dua minggu).
Infeksi ini terjadi didaerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang buruk. Infeksi cacing ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat desa yang BAB di tanah dan pemakaian feces manusia sebagai pupuk. Selain lewat kaki, cacing tambang juga bias masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan yang masuk ke mulut.
Gejala yang ditimbulkan, stadium larva menyebabkan kelainan pada kulit (ground itch). Stadium dewasa tergantung dari spesies dan jumlah cacing serta keadaan gizi penderita.
Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi, jika kasus berat dapat diberikan tranfusi darah, dan jika kondisi penderita stabil dapat diberikan pirantel pamoat dan mabendazol yang digunakan beberapa hari berturut-turut. Pencegahan yang paling utama yaitu dengan sanitasi lingkungan dengan menjaga pola hidup bersih.

B. SARAN
1. Menjaga pola hidup bersih agar terhindar dari penyakit.
2. Segera berobat jika timbul gejala awal, karena penyakit yang sudah kronis akan sulit untuk disembuhkan.
3. Hindari faktor resiko terinfeksi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Safar, Rosdiana. 2010. Parasitologi Kedokteran. Yrama Widya. Bandung
2. Staf Pengajar Departemen Parasitologi, FKUI. 1998. Parasitologi Kedokteran, edisi keempat. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
3. http://www.sodiycxacun.web.id/2010/01/cacing-tambang.html
4. http://www.indonesiaindonesia.com/f/11348-infeksi-cacing-tambang/
5. http://ahligiza.blogspot.com/2010/04/cacing-tambang-menghisap-15-ml-darah.html
6. http://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_tambang